Terpikat Eksotisme Suku Jahai
Terpikat
Eksotisme Suku Jahai
Sebuah
Catatan Perjalanan
Suku
Jahai menempati sebuah daratan kecil di antara lebatnya hutan Royal Belum,
hutan tropis yang disebut-sebut berusia 130 juta tahun lebih tua daripada hutan
Amazon yang berusia 85 juta tahun. Roda zaman tidak mengubah mereka untuk
meninggalkan tradisi nenek moyang.
Rambut
keriting, kulit cokelat kehitaman, hidung pesek, dan mata biru. Itulah ciri
fisik yang paling mencolok dari penduduk suku Jahai, salah satu suku asli (indigenous
people). Suku ini menempati kawasan National Park Royal Belum di Gerik,
Perak, Malaysia.
Terdapat
sekitar 19 suku asli di semenanjung Malaysia. Sekitar 5.600 orang di antaranya
adalah suku Jahai, Temiar, dan Kincu. Mereka menempati hutan di sekitar
Temenggor di Hutan Negeri Royal Belum. Suku Jahai menempati wilayah utara Royal
Belum.
Suku
Jahai berjumlah sekitar 3.000 orang. Mereka dikelompokkan sebagai orang Semang
atau orang Negrito. Konon, suku Jahai memiliki kesamaan DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan penduduk asli Negro di Afrika, Aborigin di Australia, dan
Andaman dan Aeta di Filipina. Tinggi orang dewasa suku Jahai rata-rata tidak
lebih dari 160 cm.
Baru-baru
ini, saya bersama traveller blogger dari Rusia, Kanada, Korea Selatan,
Jepang, Malaysia, Filipina, Kamboja, dan Thailand berkesempatan untuk melihat
lebih dekat kehidupan suku ini di sebuah kampung bernama Aman Damai. Sebuah
kampung yang merupakan RPS (Rancangan Penempatan Semula) untuk suku asli di
kawasan hutan lindung ini. RPS merupakan program pemerintah setempat untuk
membuka lahan perkampungan.
Penduduk
suku ini ditempatkan di sebuah pulau. Mereka disediakan rumah lengkap dengan
listrik, fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus), serta lahan dan bibit untuk
bercocok tanam. Biasanya pemerintah membagikan bibit pohon kelapa sawit, karet,
dan tanaman kebun lainnya. Dengan adanya program ini, pemerintah kerajaan bisa
lebih mudah menyuplai kebutuhan mereka mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga
fasilitas lainnya.
Dua Jam
Perjalanan
Untuk
menemui penduduk suku Jahai, kami harus menempuh perjalanan kurang lebih selama
2 jam dengan houseboat berkecepatan sedang. Houseboat adalah
kapal yang didesain seperti rumah. Kapal ini bergerak dari jetty
(dermaga) kecil di Pulau Banding menyusuri Danau Temenggor atau di Malaysia
dikenal dengan nama Tasik Temenggor. Tasik ini dibuat pada tahun 1975
silam.
Ada banyak paket perjalanan wisata yang bisa
kita pilih untuk bisa tiba di tempat bermukimnya suku Jahai. Ada yang dikelola
oleh biro perjalanan wisata atau travel, hotel, dan lainnya. Belum
Outdoor Adventure (BOA) adalah salah satu di antaranya.
Perjalanan
wisata ke kawasan rainforest ini biasanya mulai dari paket 2 hari 1
malam dengan harga sekitar RM450/paket. Ada juga paket 3 hari 2 malam dengan
harga sekitar RM650/paket. Dengan paket perjalanan full board, wisatawan
tidak hanya mengunjungi kampung Aman Damai, tetapi juga melakukan beragam
aktivitas menarik seperti fishing, bamboo rafting, salt lick
visit, kayaking, bird watching, camping, river tubing, dan team
building.
Ada
13 perkampungan yang dihuni oleh suku Jahai di sekitar Royal Belum. Salah
satunya adalah Kampung Aman Damai yang berada di kawasan utara Royal Belum rainforest ini. Kampung ini dihuni tidak
kurang dari 105 orang penduduk. Dari jumlah itu, 68 di antaranya adalah
anak-anak dan sisanya adalah orang dewasa. Mereka menempati 17 buah rumah. Satu
rumah dihuni oleh sekitar 10 orang anggota keluarga. Usia menikah di suku ini
terbilang cukup belia. Rata-rata 15 tahun ke atas.
Kampung
Aman Damai ini bisa dibilang merupakan tempat singgah. Para penghuninya masih
menjalani hidup seminomaden. Sehari-hari mereka lebih banyak menghabiskan waktu
di balik lebatnya Royal Belum Rainforest. Dalam beberapa tahun terakhir ini,
beberapa di antara mereka tinggal di RPS yang ditentukan oleh Pemerintah
Kerajaan Perak.
Di
Kampung Aman Damai ini, kita akan menjumpai rumah-rumah yang hanya punya satu
pintu. Rumah tanpa jendela. Atapnya dari daun kelapa dan dindingnya dari bambu.
Di kampung ini ada toilet umum yang biasa digunakan untuk keperluan MCK.
Para
tetua kampung menerima kami dan para tamu di sebuah aula panggung. Saat itu saya
dan rombongan ditemani oleh Tim Empayar Awan Biru, Destination Perak dan para
pemandu dari Belum Outdoor Advanture BOA berkumpul di aula. Aula ini disebut rumah sewang. Kata “sewang”
diambil dari nama tarian tradisional suku ini. Ritual tarian sewang biasanya
juga dilakukan untuk menyambut pengunjung atau wisatawan. Seperti sebuah ucapan
selamat datang.
Ukuran
rumah sewang ini lebih besar daripada rumah-rumah yang lain. Tanpa dinding.
Letaknya di pinggir danau. Selain menjadi tempat berkumpul para tetua untuk
bermusyawarah atau melakukan kegiatan lainnya, rumah sewang juga digunakan
sebagai tempat diadakannya ritual pengobatan penduduk yang sakit, ritual
penghormatan kepada penduduk yang meninggal dunia, dan ritual mengenang
leluhur. Upacara mengenang leluhur dilakukan suku Jahai yang sebagian besar
penduduknya masih menganut kepercayaan animisme
ini pada setiap tanggal 27 Januari.
Beras dan
Ubi Garam
Suku
Jahai berkomunikasi dengan bahasa Jahai. Bahasa ini sangat berbeda dengan
bahasa Melayu yang biasa digunakan oleh warga Malaysia. Hanya beberapa orang
dari suku ini yang mengerti bahasa Melayu. Encik Ramly, pria yang diperkenalkan
kepada saya, adalah salah satunya. Pria paruh baya ini menjadi penterjemah
ketika saya berbincang-bincang dengan Encik Ibrahim, kepala suku.
Dengan
ramah, Encik Ibrahim dan beberapa pria dewasa bercerita tentang aktivitas
mereka. Sehari-hari, mereka berburu di hutan, menangkap ikan di danau, bercocok
tanam di ladang, dan mencari herbs dan madu. “Untuk beras, kami beli
sendiri jika ada duit, tapi kami juga diberikan oleh Kerajaan. Lauknya kami
cari sendiri di hutan dan di danau ini,” kata Encik Ramly dan diamini oleh
Encik Ibrahim.
Selain
beras, makanan pokok yang lain adalah ubi kayu yang mereka sebut ubi garam.
“Dibakar sahaja. Tidak pakai garam. Memang namanya ubi garam. Sebenarnya ubi
kayu. Kami dapat di hutan,” sambungnya.
Sore
itu, saya dan teman-teman yang mengikuti Social Media Influencer Fest 2017
berkesempatan untuk mencoba menggunakan blowpipe atau sumpit yang biasa
digunakan untuk berburu. Sumpit ini terbuat dari bambu sepanjang 3 m. Anak
sumpit biasanya dibaluri dengan racun dari pohon ipoh. “Racunnya ini terbuat
dari pokok (pohon) ipoh. Racunnya tidak mematikan. Hanya melumpuhkan hewan
buruan. Kenapa hanya melumpuhkan? Karena balurannya sedikit saja di bagian mata
sumpit. Kalau banyak, mungkin bisa juga mematikan,” jelas Encik Hisyam dari BOA
yang menemani kami dalam perjalanan kali ini.
Selain
suku Jahai, di kawasan utara Royal Belum Rainforest ini juga terdapat suku
Temiar. Sama seperti suku Jahai, suku ini pun hidup berpindah-pindah. Mereka
tetap mempertahankan tradisi leluhur mereka. Terisolir dari peradaban luar dan
kemajuan teknologi. Mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam di kebun dan
ladang. Hasil kebun dan ladang mereka jual kepada para wisatawan. Mereka juga
berburu. Dan beberapa dari antara mereka menjadi porter.
Menurut
Encik Ibrahim, Pemerintah Kerajaan Perak sangat memperhatikan keberadaan
mereka. Tidak hanya diberikan beras, mereka juga diberikan fasilitas kesehatan,
pendidikan bahkan pemamakaman umum. “Ada pemakaman yang khusus diperuntukkan
bagi kami sebagai suku pedalaman,” katanya.
Sekolah untuk anak-anak suku asli ini
dibangun pihak Kerajaan Perak di sekitar Royal Belum. Ada yang berdiri di RPS
Banun dan ada yang berdiri di RPS Kampung Sungai Tiang. Kurikulum yang
digunakan di sekolah ini berbeda dengan kurikulum di sekolah pada umumnya.
“Biasanya anak-anak usia sekolah diantar dan dijemput menggunakan boat
untuk bersekolah. Ada juga yang tinggal di asrama,” katanya.
Di
Kampung Aman Damai ini, para penduduk suku Jahai bertelanjang kaki. Namun,
mereka sudah mengenakan baju. Sebagian besar kaum perempuan mengenakan kain
sarung dan baju yang menutupi bagian dada mereka. Baju dan keperluan
sehari-hari mereka beli di kota. Kota yang paling dekat dengan Royal Belum
Rainforest adalah Gerik.
Anak-Anak
Alam
Mengunjungi
Kampung Aman Damai adalah sebuah pengalaman istimewa. Berkeliling untuk melihat
dari dekat kehidupan suku Jahai adalah momen yang sangat berharga. Dan saya
menikmatinya detik demi detik. Demikian juga teman-teman saya.
Hosik
Hin, traveller dari Korea, misalnya. Dia berusaha mendekatkan diri
dengan dua balita yang sedang bermain di tepi danau. Dia berusaha melucu.
Namun, anak-anak itu malah menangis ketakutan. Melihat aksinya itu, kami dan
para ibu Jahai tertawa terbahak-bahak.
Komunikasi
kami dengan mereka memang terbatas. Jangankan berbahasa Inggris, berbahasa
Melayu saja tidak semua mereka bisa. Namun, ada satu hal yang pasti. Mereka
terbuka pada kehadiran kami. Menerima kami dengan hangat.
Sore
itu, saya menggendong seorang bayi laki-laki yang sangat lucu. Usianya
kira-kira 8 bulan. Matanya bulat. Giginya baru tumbuh dua buah di bagian bawah.
Wangi khas bayi tercium saat saya mendekatinya. Dia tak mengenakan baju. Juga
tak beralas kaki. Hanya celana pendek hijau yang membungkus tubuhnya.
Semula
bayi itu takut ketika saya gendong. Namun, saya berhasil meluluhkan hatinya.
Dia tertawa terbahak ketika saya mulai mengajaknya bermain. Mungkin karena saya
seorang ibu. Banyak teman juga ingin menggendongnya, tapi dia meronta. Hanya
beberapa yang berhasil memenangkan hati bayi laki-laki bertubuh montok ini.
Waktu
kunjungan yang sangat singkat membuat saya tidak bisa berlama-lama menikmati
momen indah itu. Saya harus melepaskan bayi ini kembali ke pelukan ibunya.
Sebelum berpisah, saya kecup lembut kening dan pipinya. Hati saya bergetar
ketika melihat dia bersama ibunya, ayahnya, dan ketiga kakaknya yang juga masih
kecil, menjauh dengan sebuah boat kecil sebelum akhirnya menghilang di
balik bukit. Terbayang jelas wajahnya yang polos dan bola matanya yang bening.
Semoga masa depannya bening sebening bola matanya. I heart you!
Ayo terus ekspedisi...
BalasHapuscirca casino - thauberbet.com 카지노사이트 카지노사이트 우리카지노 우리카지노 380Sports Betting in Kenya | Sports Betting in Kenya
BalasHapusThe King Casino Online ᐈ Get 50% up to €/$100 + 50 Free Spins
BalasHapusGet https://octcasino.com/ 50% up to €/$100 + 50 www.jtmhub.com Free Spins · Visit goyangfc.com the official site · Log in to your Casino sporting100 Account · If you do not agree to the terms of the https://jancasino.com/review/merit-casino/ terms of the agreement,